cah soax

Minggu, 15 Mei 2011

buletin safira edisi II


Dari apa menjadi bagaimana

Apa makna dari ungkapan di atas? Inilah yang dinamakan tahapan (step) dan proses. Maksudnya? Ketika kita telah mengetahui apa itu yang namanya “keren” maka kita akan melanjutkan tahapan selanjutnya, yakni bagaimana menjadi keren. Keren khaaan?
Manusia hidup selalu berproses, tak terkecuali bagi pelajar. Dua tahun di taman kanak-kanak, enam tahun di tingkat dasar, tiga tahun di tingkat menengah, tiga tahun di atas dan empat tahun di perguruan tinggi, bila ditotal semuanya ada delapan belas tahun berproses di tempat pendidikan masing-masing. Belum lagi yang masih melanjutkan ke jenjang selanjutnya.
Itulah proses, itulah perubahan. Di bumi ini segala sesuatunya akan berubah, kecuali perubahan itu sendiri dan Sang Pembuat Perubahan.
Dalam edisi kali ini redaksi berupaya menampilkan “RAMUAN”, yah…ramuan yang harusnya bisa diracik oleh setiap diri, utamanya pelajar yang notabene bergelut dengan ilmu, berkecimpung dengan proses menata diri. Pada akhirnya kita semua berharap, kita dapat menjadi peracik-peracik ramuan yang handal, sehingga dapat menyiapkan hidangan kehidupan yang klik….!!! Semoga
Pelindung: Camat Baron, Ketua MWC NU Kec. Baron
Penjab: M. Fauzi (Ketua IPNU Ancab Baron), Siti Fauziah (Ketua IPPNU Ancab Baron)
Staf Ahli: Wahyu Irvan
Pimpinan Redaksi: Moh. Imam    Wakil Pimpinan: Roudhotul Muzayanah
Redaktur Pelaksana: Agung Wijaya, Umi Qoni’ah    Reporter: Harun, Dwi Arum, Ria FM
Lay Out & Grafis: M. Thoif  Nizar Sains Fathoni
Sirkulasi & Marketing: Gunawan Wibi, Siti Fatimah, V- Dian


ADA APA DENGAN RAMUAN??


“Berbuatlah untuk duniamu, seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya, dan berbuatlah untuk akhiratmu, seakan-akan kamu akan mati besok” (HR. Imam Muslim)
Hidup untuk berbuat, atau berbuat untuk hidup?? Nampaknya kalimat tadi sudah mengandung makna yang dalam, makna pilihan yang akan dikerjakan oleh seorang dalam menyusuri  jalan hidup. Pernahkah kita mengira, seandainya kita bisa merekam segala yang terjadi dalam hidup kita secara baik, mulai kita beranjak njowo (baca:mengerti) untuk berpikir hingga detik ini, betapa liku-liku hidup ini bagaikan harmoni musik yang indah, yang jika disambung antara satu dengan lainnya akan menghasilkan nada yang indah, musik yang membuat nyaman, serta bait-bait kehidupan yang sangat mengesankan.
Ada saat gembira, luapan bangga, deraian air mata, hati yang berbunga-bunga, jiwa yang patah, semangat yang menggebu-gebu, rasa kecewa. Dengan berbagai macam hal di atas, maka kita dapat menentukan menu apa yang ingin kita sajikan untuk diri kita sendiri ataupun orang lain. Kita bisa saja ingin hidangan yang lezat, atau sajian yang perfect…… tapi jika kita tak dapat meramunya, bisa bayangkan??? Bila es krim yang dicampur dengan bakso dalam satu mangkuk?? Padahal kita tahu bahwa es krim itu enak, bakso juga enak, tapi mengapa akan menjadi sangat buruk bila dicampurkan??? Jawabannya adalah karena kita TIDAK BISA MERAMUNYA.
Lain halnya dengan bubuk kopi yang pahit, gula pasir, serta air panas. Coba nikmati satu per satu, maka akan terasa aneh…. Bahkan menyakitkan. Namun bila dapat meramunya, akan menjadi secangkir kopi yang nikmat. Iyaa khaaann??
Ternyata seperti itu pula hidup. Kita bisa pilih menu yang ingin kita nikmati, bakso es krim kah, atau secangkir kopi yang nikmat??? Bukan hal yang mustahil untuk meramu gembira, patah hati, bangga dan marah untuk menjadi sebuah “hidangan hidup” yang lezat. Misalnya seperti ini, kita gunakan rasa gembira menjadi ketangguhan diri, patah hati sebagai penunjuk dan kehati-hatian, bangga sebagai motivasi dan marah sebagai cambuk untuk lebih baik yang semua diramu dalam mangkuk “KEBIJAKSANAAN” maka akan terhidang menu yang lezat dan nikmat….
Kebijaksanaan akan menghasilkan keindahan, memancarkan keanggunan, menyorotkan keteguhan, mengalirkan kemuliaan, menunjukkan kewibawaan. Itu karena kita dapat “meramu” apa yang telah kita alami dalam proses sehari-hari. Kita dapat meramu kegembiraan kita ketika menjadi yang unggul di kelas, kesedihan ketika teman memarahi kita, kerinduan kita pada sang kekasih, kebimbangan kita menghadapi ujian menjadi hidangan yang eksklusif bagi diri kita dan wonderfull bagi orang lain. Kenapa tidak?? Kita bisa meramu hal-hal tadi dengan hati kita, dengan akal kita.

Toyotomi Hideyoshi, seorang pemimpin kenamaan Jepang pada zaman samurai telah membuktikan bahwa “Kebijaksanaan” dapat membawanya meraih kemuliaan, kesuksesan, dan tentunya arti hidup ini. Beberapa hal yang dapat kita pelajari dari falsafah Hideyoshi adalah:
1.       Fokuskan pada tindakan memberi
Hal ini kelihatannya sepele dan mudah, namun yang terjadi adalah kita lebih suka diberi, lebih bangga dengan sesuatu yang didapat dari orang lain dari pada yang bisa kita berikan untuk orang lain. Sifat angkuh, sombong, iri hati adalah virus-virus yang mematikan kebaikan hati kita untuk “memberi”. Bisakah anda melepas semua sifat tadi?? Dan mulai memberi dari DETIK INI??
2.       Jadilah orang yang pertama memaafkan
Lagi… hal yang sulit adalah untuk memaafkan orang lain. Rasa gengsi yang berlebihan, dan merasa benar adalah hal yang harus dibuang jauh-jauh agar dapat menjadi pribadi yang pemaaf.
3.       Berilah kepercayaan pada orang lain
Anda ingin dipercaya orang lain?? Maka jangan sungkan-sungkan untuk percaya kepada orang lain yang tidak jelas-jelas bejat. Tanamkan positif thinking (husnudzon) sehingga anda akan serasa nyaman di mana pun anda berada.
4.       Gunakan pengetahuan untuk mengasah pikiran
Inilah pentingnya sifat RAJIN, sifat ULET dan PANTANG MENYERAH untuk mendapatkan ilmu. Bisa bayangkan seseorang yang tidak tahu menahu tentang ilmu berada di sebuah kerumunan orang yang berebut oksigen dalam area 4x4 meter???
5.       Menghargai komitmen (iltizaam)
Komitmen itu penting….. sekali lagi prinsip hidup itu harus dihargai. Orang yang tidak memiliki komitmen, atau tidak bisa menghargai komitmen bagaikan orang yang naik kapal tanpa dayung atau mesin penggerak kapal.
6.       Tidak memanjakan diri dalam foya-foya
Inilah yang dinamakan riyadloh. Seseorang tidak layak melulu selalu memikirkan kesenangan nafsunya, kepuasaan perasaan semunya dan kenyamanan iblis dan syahwat di dalam aliran pikirnya. Semua harus dilatih untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, kebahagiaan hati.
Nahh…. Rekan-rekanita semuanya….. maukah kita mulai menapaki kebijaksanaan dari sekarang?????
Semoga kita semua selalu di jalan Allah, dalam akidah-Nya yang lurus (ahlussunnah wal jama’ah) dan tentunya diberikan kemudahan menapaki kebijaksanaan, amiin.
“Dan mereka yang berjuang (mujahadah) di jalan Kami, maka akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami….” (QS. Al-Ankabut: 69)
SELAMAT BELAJAR, BERJUANG, DAN BERTAQWA……….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar